Saturday, April 25, 2015

ARTIKEL KIMIA


PENGARATAN BESI


Beberapa bentuk karat dibedakan baik secara visual maupun dengan spektroskopi, dan bentuk dalam keadaan yang berbeda. Karat terdiri dari besi terhidrasi (III) oksida Fe2O3 · nH2O dan besi (III) oksida-hidroksida (FeO (OH), Fe (OH ) 3).
Dalam waktu yang cukup, oksigen, dan air, setiap massa besi akhirnya akan mengkonversi seluruhnya karat dan hancur. Karat adalah istilah umum untuk korosi besi dan paduannya, seperti baja. Banyak logam lainnya mengalami korosi yang setara, tetapi oksida yang dihasilkan tidak biasa disebut karat.
Persamaan kimia untuk karat besi:
Fe + O2 + H2O → Fe2O3. XH2O
            Pengaratan besi termasuk reaksi redoks karena pengaratan ialah  reaksi redoks antara   suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat di lingkungannya ( seperti H2O dan O2 )  yang menghasilkan senyawa lain yang tidak dikehendaki. Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Karat pada besi berupa zat yang berwarna cokelat-merah. Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi.


Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya.


Pencegahan
Karena meluasnya penggunaan dan pentingnya produk besi dan baja , pencegahan atau memperlambat karat adalah dasar dari kegiatan ekonomi utama di sejumlah teknologi khusus .

1.      Alloy tahan karat
Stainless steel membentuk lapisan pasif kromium ( III ) oksida.

2.      Galvanisasi.
Galvanisasi merupakan aplikasi pada objek yang akan dilindungi dari lapisan seng metalik  baik hot-dip galvanizing atau elektroplating.

3.      Perlindungan katodik
Perlindungan katodik adalah teknik yang digunakan untuk menghambat korosi pada struktur yang di kubur atau direndam dengan menyediakan muatan listrik yang menekan reaksi elektro – kimia.

4.      Pelapisan dan pengecatan
Pembentukan karat dapat dikontrol dengan pelapis , seperti cat , pernis , atau vernis yang mengisolasi besi dari lingkungan. Perawatan semacam ini biasanya juga mengandung inhibitor karat. Menutupi baja dengan beton dapat memberikan beberapa perlindungan terhadap baja karena lingkungan pH basa pada antarmuka baja-beton.

5.      Bluing
Bluing adalah teknik yang dapat memberikan perlawanan terbatas pada berkarat untuk barang-barang baja kecil , seperti senjata api.


Ada beberapa hasil percobaan disini yg saya rangkum, berikut kesimpulannya:

Dari hasil sebuah penelitian, dapat diketahui bahwa paku yg di masukkan ke dalam air, air tawar, air hujam, dan asam cuka mengalami korosi (berkarat), sedangkan paku yg dimasukkan ke dalam minyak tanah tidak mengalami korosi(berkarat), hal ini disebabkan karena minyak tanah bukan termasuk ke dalam bahan-bahan korosif (yg menyebabkan korosi).
Dari keempat bahan yg dapat menyebabkan korosi tersebut, yg paling cepatproses korosinya adalah asam cuka, karena selain termasuk ke dalam bahan  yg korosif (yg menyebabkan korosi) asam juga menghasilkan H+ sehingga paku lebih cepat berkarat, kemudian urutan yg kedua adalah air hujan, karena mengandung CO2 yg dapat membentuk senyawa HCO3 yg bersifat asam. Selanjutnya ialah air tawar, cukupcepat reaksinya dikarenakan faktor kelembaban udara (air dan gas O2). Lalu yg terakhir adalah air panas, karena air sudah dipanaskan, banyak mengandung uap air.


Pengaruh Zat Terlarut pada Titik Beku
Titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murni. Pada kemolalan yang sama, titik beku larutan elektrolit (NaCl) lebih rendah daripada larutan non elektrolit (glukosa). Pada kemolalan yang sama, penurunan titik beku larutan elektrolit (NaCl) lebih besar daripada larutan non elektrolit (glukosa).

Elektrolisis CuSO4 dengan Elektroda karbon
Pada proses elektrolisis pada larutan CuSO4 dengan elektroda karbon, terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu pada katoda dan terjadi oksidasi air pada anoda. Perubahan yang  terjadi pada katoda dan anoda ialah pada larutan CuSO4 dengan katoda C dan anoda C, tidak terjadi reaksi apa-apa pada katoda, dan terdapat gelembung gas O2.

          Saran
  1. Sebaiknya hindari kontak langsung besi dengan air dan oksigen.
  2. Untuk menghindari korosi besi, minyak tanah dapat digunakan sebagai media peyimpanan.
  3. Untuk mendapatkan titik beku yang lebih rendah (lebih negatif), kita dapat memperbesar molalitas zat terlarut suatu larutan.
  4. Untuk mendapatkan titik beku yang sama, molalitas larutan non elektrolit harus lebih besar daripada larutan elektrolit.
  5. Jika ingin memperoleh gas hidrogen, dapat dilakukan elektrolisis dengan proses reduksi air di katoda sel. 



Sumber:


Tuesday, April 21, 2015

JURNAL KIMIA

FORMULASI MINUMAN INSTAN FUNGSIONAL ANTIOKSIDAN BERBASIS EFEK SINERGISME KAYU SECANG TERHADAP PALA DAN JAHE


Oleh:
Yulistian Firmansyah
Dede R. Adawiyah

Tanggal Terbit Jurnal:
Yogyakarta, 23 Juli 2003


Latar Belakang
Kesadaran masyarakat akan kesehatan, dewasa ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan terhadap berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh pola-pola hidup yang tidak seimbang, baik berupa mengkonsumsi pangan tercemar, polusi udara, asap rokok, maupun pangan yang mengandung zat-zat kimia berbahaya bagi tubuh yang dapat menyebabkan reaksi oksidasi di dalam tubuh. Jenis penyakit tersebut yaitu berupa penyakit degeneratif seperti kanker, jantung koroner, kardiovaskular, maupun tumor ganas. Penyakit tersebut tidak berdampak langsung pada tubuh, namun melalui proses yang amat panjang dan dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu diperlukan tindakan pencegahan agar dapat sehat bugar sepanjang hidup.


Tindakan pencegahan yang dilakukan yaitu dengan berolah raga, mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan mengkonsumsi zat antioksidan yang dapat menangkal reaksi oksidasi di dalam tubuh. Zat antioksidan dapat berupa vitamin E dan C maupun senyawa lainnya, seperti fenol. Senyawa fenol salah satunya dapat ditemukan pada rempah-rempah. Indonesia adalah negara yang kaya akan rempah-rempah dan sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai ramuan tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Ramuan tradisional tersebut biasanya berbentuk minuman, dikenal sebagai jamu yang merupakan racikan berbagai jenis rempah. Tidak semua orang menyukai jamu karena rasanya yang pahit, oleh karena itu diperlukan terobosan baru dalam penyajiannya agar dapat disukai banyak orang. Kayu secang merupakan salah satu rempah-rempah yang mempunyai banyak khasiat diantaranya untuk menyembuhkan batuk darah, disentri, haid tidak teratur, sakit perut, tonik maupun sebagai obat luar untuk mengobati luka. Bagian tanaman yang digunakan yaitu kayunya.


Kayu secang, dewasa ini sudah dikembangkan sebagai minuman kesehatan, namun belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu kayu secang mengandung senyawa antioksidan yang diharapkan dapat mencegah oksidasi didalam tubuh. Menurut Dae-Kwan-Lim, et. al, (1996) ektrak kayu secang (Caesalpinia sappan L) mempunyai aktifitas antioksidan melebihi senyawa antioksidan komersial yang diuji menggunakan metode ransimat. Ekstrak etanolik yang dipecah menjadi fraksi etil asetat oleh pelarutnya menunjukkan aktifitas antioksidan yang lebih besar dari ekstrak kasarnya. Stabilitas oksidasi pada minyak kelapa sawit dan lemak hewan terjadi pada konsentrasi 200 ppm. Fraksi etil asetat memiliki aktifitas antioksidan yang sama dengan 200 ppm BHT namun lebih baik dibandingkan BHA atau delta-tocoferol.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam hal citarasa dan kesinergisan senyawa antioksidan diperlukan penambahan rempah-rempah lain yaitu pala dan jahe, sehingga dapat dikenal dan disukai oleh masyarakat serta berkhasiat lebih baik.


Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi serta menguji sinergisme aktifitas antioksidan produk minuman fungsional tradisional (kayu secang, pala, dan jahe).


Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan percobaan laboratorium. Penelitian ini dibagi dalam empat tahap, yang diawali dengan pembuatan formulasi minuman instan menggunakan metode kokristalisasi terpisah yang selanjutnya dicampur sehingga menghasilkan 19 formulasi minuman (tabel 1), pengujian aktifitas antioksidan dengan metode ransimat (metode Hadorn dan Zurcher, 1974), pengujian organoleptik (metode skala hedonik), uji total fenol (metode Chandler dan Dodds yang dimodifikasi) (Shetty et al.,1995), uji intensitas warna menggunakan spektrofotometer, dan uji warna menggunakan alat Minolta Chromameter CR-310 (metode Hunter).


Hasil
Pada pengujian aktifitas antikosidan dapat diketahui bahwa periode induksi minyak
yang ditambahkan minuman lebih tinggi dibandingkan dengan periode induksi kontrol (minyak tanpa penambahan apapun dan minyak dengan penambahan BHT 200 ppm). Bila dilihat dari aktifitas antioksidan, sampel dengan formulasi 0.3% secang : 0.4% jahe : 0.3% pala memiliki aktifitas antioksidan paling besar (3.49), dengan aktifitas antionsidan BHT 200 ppm sebesar 0.24.
Pada pengujian organoleptik dipilih lima formulasi dari segi rasa, aroma, dan warna
terbaik menggunakan panel diskusi. Berdasarkan uji hedonik dari lima sampel yang diujikan (80% secang : 20% jahe, 75% secang : 25% jahe, 50% secang : 25% jahe : 25% pala, 40% secang : 30% jahe : 30% pala, dan 25% secang : 25% jahe : 50% pala) variasi konsentrasi tidak berpengaruh nyata terhadap rasa dan aroma, akan tetapi berpengaruh nyata terhadap warna. Dari komentar yang diberikan, 34% panelis lebih menyukai minuman formulasi 80% secang : 20% jahe dari segi warna, rasa, dan aroma. Pada pengujian total fenol, 19 minuman formulasi tersebut memiliki total fenol antara 5.371–26.789 ppm. Pengujian intensitas warna menggunakan spektrofotometri yang diukur pada panjang gelombang 556 nm menunjukkan intensitas warna antara 0.003–0.071.
Pada pengujian menggunakan alat Minolta Chromameter CR-310 terdapat keidentikan dengan pengujian secara subyektif dan variasi sampel berpengaruh nyata terhadap nilai +a, +b, C, dan L.


DAFTAR PUSTAKA
-          Dae-Kwan-Lim, Ung-Choi, Dong-Hwa-Shin, 1996. Antioxidative activity of some solvent extract
-          from Caesalpinia sappan L. Korean-Journal-of-Food-Science-and-Technology; 28 (1) 77-82, 24 ref.
-          Halliwel, B. 1990. How to Characterize Agroforestry Biological Antioxidant. Free Rad. Res Commun. Vol 9:1-32.
-          Lolinger, J, 1989. Natural antioxidant. Di dalam J. C. Allen dan R. J. Hamilton (eds.). Rancidity in Foods. Elsevier Applied Science, London.
-          Shahidi, F, Ph. D. and Marian N, Ph. D., 1995. Food Phenolics, Sources Chemistry Effects applications. Technomic Publ. Lancaster-Basel.
-          Gordon, M. H. 1990. The mechanism of antioxidant action in vitro. Di dalam Hudson, B. J. F. . (ed). 1990. Food antioxidants. Di dalam Shahidi, F, Ph. D. and Marian N, Ph. D., 1995. Food Phenolics, Sources Chemistry Effects applications. Technomic Publ. Lancaster-Basel.



Sunday, April 19, 2015

PEMECAHAN MASALAH KESETIMBANGAN 

Chazendra Andhy // 41614120066
Edy Prastyo // 41614120105

Kesetimbangan adalah reaksi bolak-balik (reversibel) yang membentuk reaktan bereaksi membentuk produk dan produk dapat bereaksi balik membentuk reaktan. Pada reaksi kesetimbangan, keadaan reaksinya secara mikroskopis berlangsung dinamis/terus-menerus/tidak berhenti (namun secara makroskopis reaksi diam/berhenti) dan laju reaksi ke arah kanannya akan sama dengan laju ke arah kirinya. Dan karena laju reaksi ke arah kanannya sama dengan laju reaksi ke arah kirinya, maka jumlah zat-zat pada saat kesetimbangan itu akan tetap.

Azas Le Chatelier
 Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.”

Andaikan sistem yang kita perhatikan adalah kesetimbangan air-uap, air dalam silinder:  Jika volume sistem diperbesar (tekanan dikurangi) maka sistem berupaya mengadakan perubahan sedemikian rupa hingga mengembalikan tekanan ke keadaan semula, yakni dengan menambah jumlah molekul yang pindah ke fasa uap, setelah kesetimbangan baru dicapai lagi, air yang ada lebih sedikit dan uap air terdapat lebih banyak dari keadaam kesetimbangan pertama tadi. Jika keserimbangan itu ditulis dalam persamaan reaksi:
  H2O (l)   <======>  H2O (g)

Maka kesetimbangan dapat  dinyatakan “bergeser ke kanan”. Pergeseran kesetimbangan dapat dipengaruhi oleh faktor luar seperti suhu, tekanan, dan konsentrasi. Jadi secara singka azas Le Chatelier  dapat disimpulkan sebagai REAKSI = -AKSI

Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan.  Berikut pembahasan penerapan azas Le Chatelier terhadap pergeseran kesetimbangan. 
Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.

Tabel . Pengaruh Konsentrasi Terhadap kesetimbangan.

Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volum akan memperbesar konsentrasi semua komponen. Maka sistem akan bereaksi dengan mengurangi tekanan. Untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil.

  Bila pada sistem kesetimbangan subu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).

Wednesday, April 8, 2015

Mengenal Minyak Kelapa Sawit dan Kerusakan Hutan

1. Mengenal Minyak Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang dihasilkan dari daging kelapa sawit dan semakin diminati karena murah dan paling tinggi produktifitas per hektarnya dibanding dengan minyak nabati lainnya.
Karena banyak manfaatnya, permintaan dunia akan minyak sawit semakin meningkat, khususnya dari Indonesia. 70% minyak sawit indonesia di ekspor keluar negeri untuk diolah menjadi produk rumah tangga, dan sisanya digunakan di dalam negeri.
Bahkan, tahun ini pemerintah Indonesia menargetkan peningkatan produksi kelapa sawit hingga 40 juta ton pada tahun 2020 dimana pada tahun 2013 dengan luas lahan 10 juta hektar Indonesia memproduksi 20 juta ton.


2. Kerusakan Hutan Akibat Pertumbuhan Pohon Kelapa Sawit


Peningkatan produksi pohon kelapa sawit yang tidak bertanggung jawab menimbulkan konsekuensi yang berdampak buruk bagi alam, iklim dan manusia yang hidup di muka bumi ini.
Perkebunan kelapa sawit berkontribusi dalam penggundulan hutan 300 ribu Ha (2009-2011).  Yang juga habitat penting harimau sumatera, gajah, orang utan dan hewan yang harus dilindungi untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Kerusakan hutan hujan tropis di dunia telah menyumbang 20% dari total emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim secara ektrim dan kenaikan temperatur bumi yang meningkat.
Dan pada akhirnya menyebabkan bencana iklim seperti banjir, kekeringan, kelaparan, pemanasan global, peningkatan permukaan air laut dan konflik sosial.
Menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim kerusakan hutan menyumbang 83% dari emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Saat ini hanya 400 ekor harimau sumatera yang hidup di alam liar dan terus menyusut sampai akhirnya punah.
Harimau adalah spesies indikator penting akan sehatnya hutan kita.


Bila harimau tidak tinggal didalamnya maka hutan dan spesies lainnya didalam hutan juga ikut terancam.

Kelapa sawit memang memiliki banyak manfaat, tapi juga memiliki dampak kerugian yang banyak bagi keseimbangan ekosistem dan alam kita.

Thursday, April 2, 2015

TERMOKIMIA


A. Hukum Termokimia
  •      Azas kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan tetapi energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
  •      Jumlah energi yang dimiliki sistem dinyatakan dengan energi dalam (E).
  •      Jika sistem menyerap kalor, maka E > 0 sedangkan jika sistem membebaskan kalor, maka E < 0
  •      Hubungan antara energi dalam. kalor dan keda diumuskan dalam hukum termodinamika.
    • Δ E = q + W
Keterangan:
ΔE = perubahan energi dalam
q    = jumlah kalor yang diserap atau dilepas sistem
q    =+ jika sistem menyerap / menerima kalor
q    = – jika sistem melepaskan kalor
w    = jumlah kalor yang diterima/dRakukan sistem
w    =+ jika sistem menerima kera
w    = – jika sistem melakukan kerja



B. Sistem dan Lingkungan
  •       Sistem adalah sejumlah zat atau campuran yang di pelajari sifat-sifat dan perilakunya (bagian dari alam semesta yang sedang jadi pusat perhatian). Sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem.
  •       Interaksi antara sistem dan lingkungan dapat berupa pertuakaran materi dan energi.
C. Reaksi Eksoterm dan Endoterm

Reaksi Eksoterm
Reaksi Endoterm
Energi panas/kalor pindah dari sistem ke lingkungan
Energi panas/kalor pindah dari lingkungan ke sistem
Perubahan Entalpi= H < 0
Perubahan Entalpi= H > 0
Reaksi melepas kalor dan umumnya berlangsung spontan
Reaksi menyerap kalor dan umumnya tidak berlangsung spontan
Terjadi penurunan Entalpi
Terjadi kenaikan Entalpi







D. Entalpi Reaksi
Perubahan entalpi (ΔH) diukur pada keadaan standar yaitu perubahan entalpi diukur pada suhu 25°C dan tekanan 1 atm yang disebut dengan perubahan entalpi standar (Ho).
Persamaan reaksi yang mengikutsertakan H reaksi disebut persamaan termokimia, contohnya:
2 H2 + O2 → H2O
H= -404 kJ/mol
Artinya: 2 mol gas H2, bereaksi dengan 1 mol gas O2, menghasilkan 2 mol H2O dengan melepas kalor sebesar 404 kl/mol.

E. Perubahan Entalpi Reaksi standar

1. Entalpi Pembentukan Standar (Hof)
Merupakan kalor reaksi yang diperlukan atau dilepaskan pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada keadaan standar.
H2 + 1/2 O2 → H2O
H= -285,8 kJ/mol
Artinya: 1 mol gas H2 bereaksi dengan 1/2 mol gas O2  menghasilkan 1 mol H2O dengan melepas kalor sebesar 285,8 kJ/mol

2. Entalpi Penguraian Standar (Hod)
Merupakan kalor yang dilepaskan atau diserap pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-
unsurnya pada keadaan standar. Contoh:
H2O → H2 + 1/2 O2
H = +285,8 kJ/mol
Artinya: Untuk menguraikan 1 mol H2O menjadi 1 mol gas H2 dan mol gas O2 dibutuhkan kalor sebesar 285,8 kJ/mol.

3. Entalpi Pembakaran Standar (Hoc)
Merupakan kalor yang dilepaskan pada pembakaran 1 mol zat pada keadaan standar. Pada reaksi pembakaran selalu dihasilkan gas CO2 dan H2O yang dikenal juga dengan pembakaran sempurna.
Sedangkan pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas CO2 dan H2O.
4. Entalpi Pelarutan Standar (Hos)
Merupakan kalor yang dilepaskan atau diserap pada pelarutan 1 mol senyawa pada keadaan standar.

F. Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang mengukur kalor yang dilepas ataupun diserap sistem. Pada kalorimeter tidak terjadi perpindahan kalor antara sistem dan lingkungan sehingga berlaku:
Qreaksi = -(Qsistem + Qkalorimeter)
Jumlah kalor yang diserap (ditandai dengan suhu yang turun) atau dibebaskan (ditandai dengan suhu naik) larutan dapat ditemukan dengan pengukur perubahan suhunya. Jumlah kalor yang yang diserap atau dibebaskan dapat dirumuskan:
Q = m.c.ΔT
Keterangan:
Q  = kalor yang diserap/dibebaskan (Joule)
m  = massa zat (gr)
C  = kalor jenis (J/groC)
Δt = perubahan suhu (t2 – t1) oC

G. Hukum Hess
“Kalor reaksi yang dibebaskan ataupun yang diserap tidak tergantung pada jalannya reaksi tetapi tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi” Artinya perubahan entalpi suatu reaksi tetap sama baik berlangsung dalam satu tahap maupun beberapa tahap. Skema dari hukum Hess:

H. Entalpi Reaksi Berdasarkan Data Perubahan
p A + q B → r C + s D
ΔHreaksi = ΔHofhasil – ΔHof pereaksi
ΔHreaksi = (r.ΔHofC + s.ΔHofD) – (p.ΔHofA + q.ΔHofB)

I. Energi Ikatan
Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol senyawa dalam keadaan gas menjadi atom atom gas. Secara Umum :

ΔHreaksi = ΔHofpereaksi – ΔHofhasil