Thursday, July 2, 2015

TUGAS ARTIKEL

MODEL PEMILIHAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN PENERAPAN  PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA




Pendahuluan

Industri manufaktur merupakan industri yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang dalam lima belas tahun terakhir (Journal of Manufacturing Excellence, 2011). Yang dimaksud dengan industri manufaktur (Lampiran Perpres Nomor 28 Tahun 2008) yaitu semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong produk primer.

Industri kendaraan bermotor (otomotif) dan komponennya di Indonesia merupakan salah satu klaster industri unggulan yang berperan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di atas 7%. Terdapat berbagai tantangan bagi industri nasional untuk lebih berdaya saing seperti masalah ketersediaan sumber daya yang semakin menipis juga ketergantungan terhadap bahan baku impor hingga masalah timbulan limbah (Kementerian Perindustrian 2013).

Industri Komponen Otomotif Indonesia

Dewayana et all (2012) menyimpulkan bahwa berdasarkan lokasinya, data 121 perusahaan menunjukkan bahwa industri komponen otomotif tersebar pada beberapa wilayah yaitu DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Persentase terbesar perusahaan berada di wilayah Jawa Barat (55,37%) dan DKI (24,79%). Berdasarkan jumlah tenaga kerja, dari data 49 perusahaan menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja terbesar yaitu 1280 orang dan terkecil yaitu 5 orang. 73% perusahaan merupakan perusahaan besar, 22% perusahaan sedang, sisanya sebesar 5% adalah perusahaan kecil. Berdasarkan kepemilikannya, data 30 perusahaan menunjukkan bahwa terdapat 20 (66,7%) perusahaan PMDN, 7 ( 23,33%) perusahaan PMA, dan 3 (10%) perusahaan Patungan. Perusahaan PMDN mendominasi perusahaan yang berada di wilayah DKI, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sedangkan perusahaan PMA mendominasi perusahaan yang berada di wilayah Banten. Perusahaan yang berada pada wilayah DKI, Jawa Barat, dan Jawa Timur memiliki jenis kepemilikan yang lengkap yaitu PMDN, PMA, dan Patungan. Sedangkan perusahaan yang berada di wilayah Banten tidak ada yang berjenis patungan.

Untuk mendorong pertumbuhan Green Industry, Kementerian Perindustrian memberikan penghargaan kepada perusahaan industri nasional yang telah menerapkan pola penghematan sumber daya dan penggunaan bahan baku dan energy yang ramah lingkungan serta terbarukan.

Penghargaan Industri Hijau (PIH) telah berlangsung selama empat tahun. Penilaian penghargaan industri hijau didasarkan pada hal-hal berikut (Kementerian Perindustrian 2012) : 

  1. Proses Produksi, meliputi bahan baku dan bahan penolong, energi, air, teknologi proses, produk, sumber daya manusia, dan lingkungan kerja. 
  2. Manajemen Perusahaan, meliputi program efisiensi produksi, Community Development/Corporate Social Responsibility, penghargaan yang pernah diterima, dan sistem manajemen. 
  3. Pengelolaan Lingkungan Industri, meliputi pemenuhan baku mutu lingkungan, sarana pengelolaan limbah dan emisi, dan kinerja pengelolaan lingkungan.    


Model pemilihan industri komponen otomotif yang ramah lingkungan menggunakan 5 (lima) level hirarki yaitu level 1 merupakan tujuan, level 2 terdiri dari 3 (tiga) faktor, level 3 terdiri dari 11 (sebelas) kriteria, level 4 terdiri dari 22 (dua puluh dua) sub kriteria, dan level 5 terdiri dari 6 (enam) alternatif pilihan. Adapun struktur hirarkinya ditunjukkan pada gambar berikut ini 


Berdasarkan bobot faktor yang diperoleh, model pemilihan industri komponen otomotif yang ramah lingkungan lebih memprioritaskan pada faktor pengelolaan limbah / emisi dengan bobot sebesar 0,6370. Pada faktor tersebut, kriteria Program penurunan emisi CO2 merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0,6480. Prioritas berikutnya adalah pada faktor proses produksi dengan bobot sebesar 0,2580. Pada faktor proses produksi, kriteria teknologi proses merupakan prioritas utama dengan bobot faktor sebesar 0.3860. Sedangkan untuk sub kriteriadari criteria teknologi proses, bobot terbesar adalah penerapan Reduce, Reuse, Recycle (3R) yaitu 0,7172, Oleh karena itu, upaya penurunan emisi CO2 dan penerapan Reduce, Reuse, Recycle (3R) akan menjadi penentu bagi industri komponen otomotif untuk masuk dalam kategori industri yang ramah lingkungan. 


Kemudian berkaitan dengan hal tersebut, PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING Indonesia telah melakukan penerapan pengelolaan limbah B3 dengan ringkasan abstrak dan hasil kesimpulan sebagai berikut;


Pada saat ini, industri berkembang pesat dalam hal ragam maupun jumlahnya di Indonesia. Setiap industri mempunyai potensi untuk menimbulkan limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah merupakan bahan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan komponen/perakitan kendaraan bermotor roda empat merk TOYOTA serta perlengkapan mesin pengolah/pengerjaan logam. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia menghasilkan limbah yang bersifat berbahaya dan beracun dari kegiatan proses produksi dan dapat berpotensi menjadi pencemar bagi lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah sludge IPAL, kerak cat/sludge painting, phosphat sludge, thinner bekas, oli bekas, aki bekas, majun bekas, lampu TL bekas, kemasan bekas B3 (kaleng cat, jerigen, kaleng thinner, drum), abu insinerator, dan limbah poliklinik. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia melakukan manajemen pengelolaan limbah B3 dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan. 

Pemanfaatan yang dilakukan oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia antara lain :
  • Drum bekas bahan B3 dimanfaatkan sebagai tempat limbah B3.
  • Untuk drum – drum bekas dan kaleng cat yang sudah tidak terpakai dan kemasan bekas dikembalikan kepada Sub.Cont, tidak dibuang begitu saja.
  • Recycle thinner dengan cara mendidihkan thinner yang menghasilkan uap yang dapat digunakan kembali menjadi thinner.


Pengelolaan limbah B3 PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia meliputi reduksi, reuse & recycle, pewadahan dan pengumpulan, pengangkutan intern, inplant treatment, pemanfaatan, penyimpanan sementara, dan outplant treatment. Selama ini outplant treatment untuk limbah B3 dilakukan oleh PT. HOLCIM Bogor, PT. Indocement dan PPLI. 

Sistem pengelolaan limbah B3 dengan menggunakan insinerator, nilai DRE yang dihasilkan adalah 80,59 % masih belum memenuhi baku mutu peraturan Kep- 03/Bapedal/09/1995 yaitu 99,99%. Suhu yang tidak tercapai dengan optimal menyebabkan pembakaran tidak sempurna, sehingga efisiensi DRE kurang dari 99%. Hal ini disebabkan oleh kurang maksimal penggunaan insinerator yang seharusnya bisa lebih ditingkatkan lagi kinerjanya. 


Sumber:


Cesar Ray Ratman, Syafrudin: Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jurnal PRESIPITASI Vol. 7 No.2 September 2010, ISSN 1907-187X


Monday, June 29, 2015

REVIEW JURNAL

 RELASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DAN KINERJA KEUANGAN

Oleh: Memed Sueb, Maria Nety Indramayu Keraf
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran, Bandung, Indonesia
Jurnal Dinamika Manajemen
JDM Vol. 3, No. 1, 2012, pp: 69-75


Pendahuluan

Perhatian masyarakat yang semakin besar terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan antara lain dikarenakan timbulnya dampak negatif operasi perusahaan terhadap lingkungan yang semakin tidak dapat ditolelir. Masyarakat menghendaki agar perusahaan lebih menaruh perhatian terhadap kegiatan yang dapat meminimalkan polusi dan menggunakan sumber daya alam secara efektif dan efisien (Schaltegger & Synnestvedt, 2002), karena konsumen saat ini tidak hanya berfokus pada harga, kualitas dan pelayanan saja, namun juga terhadap kegiatan bisnis perusahaan. Masyarakat juga memiliki perhatian pada bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya, apakah perusahaan yang berinvestasi di tengah masyarakat, telah memperhatikan masyarakat yang berada di sekitarnya, dan apakah perusahaan peduli terhadap lingkungan sehingga memiliki stabilitas untuk keberlanjutannya (Nishitani, 2009).

International Organisation for Standardization telah mengembangkan suatu standar internasional tentang lingkungan, yaitu Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001 yang telah diadopsi oleh berbagai industri di dunia. SML ISO 14001 terdiri dari lima elemen utama yaitu: 1) kebijakan lingkungan; 2) perencanaan lingkungan; 3) pelaksanaan dan pengoperasian; 4) tindakan pemeriksaan dan perbaikan; serta 5) pengkajian manajemen (Badan Standarisasi Nasional, 2011).

Keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dari SML ISO 14001 antara lain memperbaiki kinerja lingkungan secara keseluruhan, menghasilkan suatu kerangka kerja dalam upaya untuk pencegahan polusi, meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya potensial, dan meningkatkan citra perusahaan.

Beberapa penelitian telah berhasil membuktikan bahwa perusahaan yang telah memperoleh sertifikasi SML ISO 14001 mendapatkan keuntungan seperti peningkatan citra perusahaan (Clements, 1996), perbaikan yang berkelanjutan dan efisiensi biaya manufaktur (Ratnasingam et al., 2009), serta image perusahaan (Haslindan & Fuong, 2010).

Penelitian mengenai relasi kinerja lingkungan dan kinerja keuangan telah banyak dilakukan dan menghasikan temuan yang beragam (Sarumpaet, 2005; Ratnasingam et al., 2009; Haslindan & Fuong, 2010), akan tetapi penelitian yang berupaya khusus mengupas pengaruh kelima prinsip utama SML ISO 14001 terhadap kinerja keuangan belum banyak dilakukan utama dari sudut bagaimana standar tersebut diimplementasikan.

Persyaratan dalam ISO 14001 untuk menginventarisasi aspek lingkungan yang penting, menunjukkan perlunya meningkatkan kesadaran dan kepedulian atas dimensi lingkungan dari kegiatan produk atau jasa (Schaltegger & Synnestvedt, 2002).

Penerapan SML ISO 14001 di dunia semakin meningkat disebabkan oleh perkembangan lingkungan strategis, perubahan tuntutan dan perilaku konsumen yang meliputi trend pasar internasional bagi segala macam produk saat ini yang menurut standar kualitas, trend perkembangan bisnis di masa depan semakin dilengkapi oleh tuntutan dan persyaratan teknikal dari konsumen yang menginginkan produk yang berkualitas dan ramah lingkungan (Atantya, 2005; Shen & Qin, 2011). Keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan dicerminkan dari kinerja yang dicapainya.

Oleh karena itu, manajer akan mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang akan terjadi sebagai akibat penerapan suatu kebijakan termaksud penerapan SML ISO 14001.


Metode

Objek penelitian terdiri variabel eksogenus atau variabel penyebab yaitu sistem manajemen lingkungan dan variabel endogenus atau variabel akibat yaitu kinerja keuangan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis kausalitas. Populasi penelitian adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang juga sudah mendapatkan sertifikasi SML ISO 14001 pada tahun 2008 sebanyak sepuluh perusahaan. Cara pengambilan data menggunakan kuesioner yang diberikan kepada penanggung jawab bagian lingkungan di setiap perusahaan guna mengetahui implementasi SML ISO 14001. Hipotesis diuji menggunakan tehnik analisis jalur dengan persamaan sebagai berikut:


Hasil dan Pembahasan

Koefisien jalur dari variabel kebijakan lingkungan terhadap perencanaan lingkungan adalah 0,5671, dengan demikian besarnya bobot pengaruh dari kebijakan lingkungan terhadap perencanaan lingkungan adalah sebesar 0,5671 dengan arah positif, artinya perusahaan industri yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki kebijakan lingkungan yang baik cenderung menghasilkan perencanaan lingkungan yang baik pula.

Tujuan dan sasaran lingkungan adalah cita-cita lingkungan secara menyeluruh yang timbul dari kebijakan lingkungan yang telah ditentukan oleh organisasi itu sendiri untuk mencapai dan dikuantifikasikan bila memungkinkan. Program manajemen lingkungan adalah suatu kerangka kerja dari kegiatan menyeluruh yang digunakan untuk memenuhi kebijakan lingkungan, kesesuaian dengan ketentuan lingkungan dan perbaikan terus menerus.

Koefisian jalur dari variabel perencanaan lingkungan terhadap penerapan dan operasi adalah 0,6870, dengan demikian besarnya bobot pengaruh dari perencanaan lingkungan terhadap penerapan dan operasi adalah sebesar 0,6870 dengan arah positif, artinya perusahaan industri yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki perencanaan lingkungan yang baik cenderung menghasilkan penerapan dan operasi yang lebih baik pula.

Koefisien jalur dari variabel dari penerapan dan operasi terhadap tindakan pemeriksaan dan perbaikan adalah 0,5698, dengan demikian besarnya bobot pengaruh dari penerapan dan operasi terhadap tindakan pemeriksaan dan perbaikan adalah sebesar 0,5698 dengan arah positif. Hal ini berarti, perusahaan industri yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah melakukan penerapan dan operasi dengan baik cenderung menghasilkan tindakan pemeriksaan dan perbaikan yang baik pula.

Koefisien jalur dari variabel tindakan pemeriksaan dan perbaikan terhadap pengkajian manajemen adalah 0,5572, dengan demikian besarnya bobot pengaruh dari tindakan pemeriksaan dan perbaikan terhadap pengkajian manajemen adalah sebesar 0,5572 dengan arah positif. Hal ini berarti perusahaan industri yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah melakukan tindakan pemeriksaan dan perbaikan dengan baik cenderung menghasilkan pengkajian manajemen yang baik pula.



Simpulan dan Saran

Kesimpulan yang dapat ditarik hasil penelitian ini adalah antara elemen sistem manajemen lingkungan yang satu dengan lainnya mempunyai hubungan dan saling mempengaruhi. Elemen yang mempunyai hubungan paling kuat adalah penerapan dan operasi dan pengkajian manajemen, sedangkan elemen yang mempunyai hubungan paling lemah adalah kebijakan lingkungan dan tindakan pemeriksaan dan perbaikan. Implementasi sistem manajemen lingkungan berpengaruh positif terhadap pencapaian kinerja keuangan pada perusahaan yang sudah memperoleh sertifikat ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 

Penerapan dan operasi merupakan salah satu elemen SML ISO 14001 yang sangat berpengaruh dalam pencapaian kinerja keuangan. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang sudah mendapatkan sertifikasi ISO 14001. Penelitian yang akan datang dapat manambah variabel lain seperti ukuran perusahaan, usia perolehan sertifikasi maupun jenis industri pada objek yang berbeda, yaitu Bursa Efek di Asia Tenggara, Asia maupun Eropa. 




Saturday, June 27, 2015

PENCEMARAN AIR DAN SIFAT AIR TERCEMAR

 Pencemaran Air


Pencemaran air atau polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Yaitu, suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia maupun alam.

Pencemaran Air adalah masalah yang saat ini sulit untuk dihindari terutama di daerah padat penduduk dan disekitar tempat industri.

Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air merupakan penyebab utama gangguan kesehatan manusia/penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih dari 14.000 orang meninggal dunia setiap hari akibat penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air.

Air permukaan dan air sumur biasannya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na ( natrium) , Mg (logam) ,Ca (kalsium) dan Fe (besi). Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah.


Air Sadah adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi.



Contoh Air yg Mengalami Pencemaran


Air minum yg tercemar rasanya akan berubah


Kehidupan hewan air dan hayati akan berkurang pada air sungai yg tercemar


Bau menyengat yg timbul pada laut, sungai, dan danau yg terpolusi


Sifat – Sifat Air Yang Tecemar
Air yang aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukkan air tersebut. Indikator pencemaran air atau tanda bahwa lingkungan air telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat digolongkan sebagai berikut:

A. Nilai pH, keasaman dan alkanitas
pH normal air adalah 6-8 pH. Bila terlalu rendah, maka dapat menyebabkan korosif

B. Suhu
Apabila suhu terlalu rendah, maka air akan terasa sejuk bahkan dingin hingga sedingin es. Begitupula sebaliknya. Akan tetapi,air biasa akan memiliki suhu pas di ukuran 0  ̊ Celcius.

C. Warna, bau dan rasa
Warna air yang bersih biasanya berbeda dengan warna normalnya (jernih dan bening). Bau biasanya tergantung pada sumber air, dapat disebabkan oleh bahan kimia, tumbuhan dan hewan air baik yang hidup maupun mati. Rasa air normal tidak mempunyai rasa, kecuali rasa air pada air laut.

D. Pengamatan secara Biologis
Pengamatan pencemara air berdasarkan mikroorgansme yang ada didalam air, terutama ada atau tidaknya bakteri pathogen.

E. Kandungan minyak

F. Kandungan bahan radioaktif


Sejatinya, air adalah rezeki yang diturunkan Tuhan untuk kehidupan manusia. Air adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan di dunia ini dengan kata lain, bahwa tanpa air seluruh kehidupan di dunia ini akan punah


Wednesday, June 24, 2015

EARTH IS GETTING HOTTER



Global Warming is a process of increasing the average temperature of the atmosphere , ocean , and land Earth. With the onset of global warming our earth into heat .



Greenhouse effect
Emissions of greenhouse gases , like carbon dioxide , nitrous oxide and methane , which comes from motor vehicle exhaust gases as well as from industrial activities causing heat into the earth trapped inside. Greenhouse gases that have properties of reflected light , not forward , so that the Earth is getting hot.


Deforestation
Ozone is a gas that naturally present in the atmosphere , causing damage to the ozone layer due to the deforestation of its own massive , the use of CFCs and fumes produced by a factory that cause ozone thinning , resulting in increased skin cancer , cataracts in humans , and damage certain crops.

 
Thinning of the ozone layer
Forests are so important for the environment and also of course for living beings as well , and it's very influential in warming on our planet , but many people who denude the forests to use the land for farming or other industries that result in our Earth is getting hotter and also the Ozone Layer Thinning.

 
Freon
Freon leak is causing a serious impact on human health , but when it is already in the air very big impact's . Because Freon can affect global warming when these substances are released in the air it will change the ozone layer and the ozone layer will thinning even where the ozone layer is useful for protecting the earth and living creatures of exposure to Ultra Violet B radiation ( UV - B ) and also absorb ultra violet radiation from the sun is high in order not to the ground .
 


If we have not been able to do things we might do little things that produce extraordinary things

Monday, June 22, 2015

Laporan Greenpeace: Selain Merusak Lingkungan, Industri Batubara Melukai Perekonomian Indonesia



Sebelum kita membaca laporan Greenpeace, mari kita memahami terlebih dahulu apa itu batu bara ya..


Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.

Rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

Materi pembentuk batu bara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:


  • Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari periode ini.
  • Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari periode ini.
  • Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
  • Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
  • Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.



Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.


  • Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
  • Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
  • Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
  • Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
  • Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.


Pembentukan batu bara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:


  • Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
  • Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.


Laporan Greenpeace: Selain Merusak Lingkungan, Industri Batubara Melukai Perekonomian Indonesia

Ringkasan Eksekutif
Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah mengalami pertumbuhan luar biasa di sektor pertambangan batubara yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan meningkatnya produksi dan ekspor batu bara sebesar lima kali lipat antara tahun 2000 dan 2012. Meskipun pertumbuhannya meningkat sangat pesat, sektor batubara menyumbang hanya 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan prospek pertumbuhan di masa depan yang lebih terbatas. Eksplotasi batubara yang masif ini harus dibayar dengan biaya besar terhadap ekonomi nasional, sektor - sektor ekonomi lainnya serta mata pencaharian penduduk Indonesia di daerah – daerah terkena dampak.

Indonesia hanya menguasai 3% cadangan batubara dunia, tetapi perusahaan yang beroperasi di sini  telah mengeksploitasinya secepat mungkin. Selama dekade terakhir, produksi telah menggelembung, mencapai lebih dari 450 juta ton pada tahun 2012. Sebagian besar batubara yang dihasilkan dari tambang - tambang Indonesia diekspor ke Cina dan negara - negara Asia lainnya, sementara  konsumsi batubara dalam negeri masih relatif datar (lihat Gambar 1).



Pada tahun 2011, Indonesia mengalahkan Australia sebagai eksportir batubara terbesar di dunia. 


Greenpeace meluncurkan laporan terbaru berjudul “Batubara Melukai Perekonomian Indonesia”. Dalam laporan tersebut Greenpeace mengungkapkan bahwa industri ekstraktif batubara yang diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia, justru telah melukai ekonomi nasional, memperburuk kemiskinan, dan mengancam penghidupan masyarakat yang tinggal di sekitar operasi pertambangan batubara.

Sejak tahun 2011, Indonesia telah menjadi pengekspor batubara terbesar di dunia, mengalahkan Australia. Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia mengalami pertumbuhan luar biasa di sektor pertambangan batubara yang belum pernah terjadi sebelumnya, produksi batubara meningkat mencapai lebih dari 450 juta ton pada tahun 2012.



Meskipun pertumbuhannya meningkat sangat pesat, sektor batubara menyumbang hanya 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan prospek pertumbuhan di masa depan yang lebih terbatas.

Industri ekstraktif seperti pertambangan batubara mengguncang perekonomian Indonesia, menyebabkan fluktuasi besar dalam neraca pembayaran dan nilai tukar. Dampak dari fluktuasi ini juga menghambat pembangunan jangka panjang industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi karena mengalihkan dan menghalau investasi modal awal.



Industri batubara menggambarkan dirinya sebagai penggerak utama perekonomian Indonesia. Pada kenyataannya, batubara adalah industri bernilai rendah yang menyebabkan kerusakan berlebihan kepada mata pencaharian, memperburuk kemiskinan dan berkontribusi minim terhadap PDB secara keseluruhan, dan bahkan prospek pertumbuhan di masa depan yang lebih rendah. Dengan kata lain, industri batubara justru telah melukai perekonomian di Indonesia.



“Pengembangan batubara tidak membantu masyarakat miskin pedesaan, karena pertambangan batubara justru membawa dampak yang sangat negatif pada pertanian, perikanan dan sektor lain dimana jauh lebih banyak orang bergantung untuk penghidupannya,” kata Arif Fiyanto, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia.

Selain itu, terdapat kelemahan sistemik di pasar batubara global, dan tidak bijaksana bila Indonesia terus berinvestasi dalam meningkatkan kapasitas ekspor batubara. Permintaan impor batubara Cina cenderung melemah, dengan berbagai faktor yang mendorong turunnya permintaan. 

Salah satu faktornya adalah bahwa selama dua tahun terakhir,  tingkat polusi di Cina telah mencapai mencapai rekor dengan tingkat PM 2,5 (polusi partikulat kecil berukuran diameter 2,5 mikrometer) pada Januari 2013. Ini adalah lebih dari 30 kali tingkat yang aman menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 25 mikrogram per meter kubik. 

Selain itu kebijakan baru di 26 provinsi di China untuk memangkas produksi dan konsumsi batubara akan mengurangi permintaan batubara China secara signifikan. 



Pemerintah harus segera menghentikan pembangunan ekonomi yang berbasis pada energi kotor batubara, seperti dampaknya yang merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan warga. Apabila Indonesia masih terus melanjutkan pembangunan ekonomi yang bertopang pada batubara, maka dalam jangka panjang batubara dapat melukai perekonomian Indonesia, dan menjauhkan negara ini dari jalur pembangunan ekonomi rendah karbon,” pungkasnya. 

Kesimpulan
Perekonomian Indonesia sekarang adalah ke-16 terbesar di dunia, dengan basis manufaktur yang kuat, sektor jasa yang hidup dan besar, dan pasar konsumen yang berkembang pesat. Negara ini tidak perlu ekspor batubara, industri dengan nilai rendah tetapi berdampak negatif yang besar pada masyarakat dan untuk kemakmuran masadepan.

Ekspor batubara yang tidak terkontrol hanya menyebabkan ketidakstabilan ekonomi makro yang tidak diinginkan, sementara gagal untuk memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Insentif publik dan investasi yang diarahkan ke industri batubara akan menghasilkan lebih banyak pekerjaan, kemakmuran dan pertumbuhan jika dialihkan pada investasi jasa, industri hi-tech, dan manufaktur –termasuk energi terbarukan.

Kekuatan besar dunia seperti Cina dan Amerika Serikat telah sadar akan bahaya pembangunan berbasis batubara. Hal ini telah menyebabkan jatuhnya prakiraan permintaan di negara-negara ini, dan memicu kelebihan pasokan besar di pasar.

Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang inklusif, Indonesia perlu cerdas dan meningkatkan daya saingdan produktivitas sektor-sektor non-komoditas –apa yang disebut Morgan Stanley sebagai “Reformasi Struktural 2.0”. 

Masa depan bisa menjadi bebas batubara tanpa menjadi miskin.